kritik dan saran


Free chat widget @ ShoutMix
News Update :

Random Template

Popular Template

Text

mendraist

mendraist
hidup bukan untuk memperjuangkan diri sendiri

Archives

Blogger News

Selamat datang di blog "mendra digital diary." Silahkan tinggalkan kesan dan pesan Anda pada kolom kritik dan saran di samping ini. Satu lagi, jangan lupa untuk mengisi polling hari ini. Terima kasih.

Yahoo Messenger News

Education is the way to change your habit (azizul mendra:2009)

jangan menyerah

Kamis, 18 Oktober 2012 Kamis, Oktober 18, 2012

Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi

Reff 1:
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalkani hidup ini
Melakukan yang terbaik

Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi

Back to Reff 1

Reff 2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal Putus asa

SELAMAT DATANG PAK HERMAWAN

Kamis, Oktober 18, 2012

Berbisnis bukanlah hal mudah, tapi tidak pula terlalu sulit. Namun yang tepat adalah ketika menjalankan bisnis dengan menyeimbangkan antara pengalaman praktikal dan teorikal adalah pendekatan (approach) yang membuat bisnis berkembang makin cepat. Malangnya, hal ini jarang sekali dilakukan oleh sebagian besar pebisnis sehingga bisnis mereka meski berganti tahun tetap saja tidak mengalami perkembangan yang positive.

Berbisnis tidak maksimal melalui pengalaman (learning by doing) saja. Meskipun akhirnya bisa, tapi itu dicapai dengan waktu yang relative lama. Nah, bagaimana cara berbisnis yang memungkinkan berkembang lebih cepat ? Melakukan penetrasi pasar dengan mudah ? Saya mencoba membahas dalam beberapa cara berikut.

Di Negara yang tingkat pendidikan masyarakat mereka jauh di atas Indonesia, maka bisnis dilakukan secara terarah dan terukur. Target, perencanaan, dan evaluasi dilakukan dengan matang. Orang-orang yang berada pada lingkungan strategis itu sudah barang tentu memiliki ilmu yang lebih dari cukup untuk merumuskan formulanya. Namun, bila mereka tidak memiliki pengetahuan yang memadai, tapi memiliki semangat yang tinggi untuk berkembang, maka mereka biasanya menyewa jasa konsultan bisnis meskipun harus dibayar dengan relative mahal.

Kehadiran Konsultan
Dari sisi konsumen, mereka juga sering mendapatkan tips dari penasihat keuangan agar bijak membelanjakan keuangan. Ini menjadi tantangan para pengusaha. Oleh karena itu, menurut saya para pengusaha juga butuh metode dan strategi yang terus berkembang agar dapat merayu konsumen untuk terus belanja sehingga pendapatan (revenue) mereka tetap berdampak positif terhadap kinerja perusahaan atau unit usaha.

Dewasa ini, kehadiran konsultan bisnis tidak hanya berkembang di negara-negara maju. Mereka malahan lebih tertarik masuk ke negara-negara berkembang seperti Indonesia. Bukan hanya karena kepentingan bisnis mereka, tapi juga kepentingan menyebarkan ilmu pengetahuan kepada pihak yang lebih membutuhkan agar pemerataan pertumbuhan ekonomi global menjadi rata.

Di kota-kota besar Indonesia, peluang perusahaan jasa konsultasi juga sudah marak dirambah oleh pebisnis senior yang tidak lagi menjabat direksi di perusahaan terbaik, tapi mereka memutar haluan menjadi seorang konsultan dengan menerapkan ilmu yang pernah menghasilkan prestasi di sepanjang karir mereka kepada publik. Bentuk perusahaan jasa konsultasi itupun berbagai macam, seperti jasa konsultasi public relation, business consultant, tax and accounting consultant, dll.

Ternyata, fakta yang ditmukan atas kehadiran perusahaan jasa konsultasi itu mendorong perkembangan bisnis di Indonesia. Pengalaman saya sebagai tim konsultan, sebagai researcher, di perusahaan public relation menemukan bahwa perusahaan-perusahaan besar, multinasional di Jakarta dan berbagai kota besar lainnya tidak akan bisa tumbuh menjadi besar bila tidak didukung oleh perusahaan-perusahaan jasa konsultasi bidang tertentu. Perusahaan besar cenderung lebih fokus pada strategi besar mereka. Sementara itu, untuk pekerjaan detail dan rumit, mereka memberikan atau mendelegasikan kepada pihak ketiga yang lebih fokus mengkaji hal itu.
Selamat Datang Hermawan

Ada berita yang menarik perhatian saya pada beberapa hari terakhir ketika melihat di facebook teman tentang kedatangan pakar pemasaran Hermawan Kartajaya. Beliau seorang guru marketing Indonesia yang juga mantan presiden world marketing association dan oleh The Chartered Institute of Marketing yang berkedudukan di Inggris menobatkan beliau sebagai 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing. 

Saya masih ingat ketika akhir tahun lalu merencanakan kedatangan beliau untuk memberi ilmu tentang pemasaran yang baik bagi pelaku bisnis di sumbar. Ketika itu saya masih memimpin sebuah event organizer di Sumbar. Saya sempat menghubungi sekretaris beliau di Jakarta untuk bertanya jadwal dan perihal akomodasi beliau untuk datang ke Padang.

Setelah menghubungi tim pak Hermawan, kami mempersiapkan proposal untuk mencari sponsor. Maksud kami, dengan adanya sponsor dapat menurunkan harga tiket untuk peserta yang akan hadir. Tapi, upaya yang dilakukan kepada beberapa perusahaan lokal di padang dengan niat untuk membantu pengusaha muda, pemula, pelaku UMKM agar naik kelas dan mendapatkan ilmu praktis dari guru atau pakar pemasaran ini urung terjadi.

Ternyata, ketika itu tidak satupun perusahaan lokal yang mau menjadi mitra meskipun kami panitia menyediakan sesi khusus kepada mereka untuk presentasi kisah sukses kepada para audiens yang datang. Saya dan kawan-kawan selalu serius dalam membuat event, tapi barangkali kesempatan yang belum ada untuk menyelenggaraan event tersebut. Satu-satunya kenangan sekarang yang masih berbekas adalah sisa luka kecelakaan saya dengan bus ketika mengurus event itu.

Alasan utama lain dalam menghadirkan pakar pemasaran di Sumbar ketika itu karena saya melihat pelaku bisnis di Sumbar cenderung masih tradisional dalam mengelola bisnis mereka. Fakta itu saya temukan ketika masih bekerja pada salah satu perbankan di Sumbar. Saya menemukan nasabah yang dibantu untuk berkembang melalui pinjaman perbankan tetapi tidak semua mereka akhirnya berhasil mengembangkan usaha.

Nasabah perbankan di Sumbar cenderung memanfaatkan pinjaman hanya untuk penambahan modal, konsumsi pribadi, dan tidak disertai kepada pengembangan kemampuan manajerial mereka. Berbeda dengan kota-kota di propinsi tetangga seperti Medan, Pekanbaru dan Palembang yang telah maju karena seringnya praktisi atau konsultan yang datang melakukan mentoring bisnis sehingga disana tidak lagi mengelola bisnis seperti biasa alias tradisional. Tapi, sudah melalui pendekatan praktikal dan teorikal. Jadi, tidak heran ketika melihat pelayanan perusahaan barang dan jasa di propinsi tetangga Sumbar sudah relatif maju dan lebih cepat berkembang.

Akhirnya, saya ucapkan selamat datang pak hermawan. Silakan hadir untuk pebisnis atau yang berniat mengembangkan ilmu dalam bidang pemasaran. Beliau adalah seorang ahli pemasaran yang memiliki lembaga riset sendiri dan berhasil mengembangkan teori-teori baru pemasaran yang diakui oleh dunia. Buku yang beliau tulis juga mendapat respon dari kalangan akademisi maupun praktisi. Pengalaman Pak Hermawan dalam membimbing perusahaan besar dan multinasional sudah teruji di dua krisis yaitu 1998 dan 2008. Meski terlambat, tapi kantor perwakilan yang akan di buka di Padang adalah salah satu dari banyak kantor yang beliau kelola diberbagai kota besar Indonesia dan berbagai Negara di kawasan Asean.

Besar harapan saya semoga dengan kehadiran beliau bisa membantu pelaku bisnis di Sumbar agar naik kelas, membantu manajemen bisnis para pelaku usaha dari tradisional menuju good corporate governance, dan membantu pelaku UMKM agar berkembang lebih baik. Bisnis adalah sebuah aktivitas seni. Seni untuk menjual, mencipta dan meningkatkan nilai tambah. Sekali lagi, selamat datang pak Hermawan. Saya yakin Ranah Minang siap bersinergi.

Oleh : Azizul Mendra adalah seorang Peneliti Ekonomi Politik 
tulisan ini ditujukan untuk menyambut kedatangan Hermawan Kertajaya dalam rangka peresmian kantor konsultan marketing beliau untuk daerah Padang. Dimuat di harian Haluan, Agustus 2012

sumber photo : lensaindonesia.com

sejak kapan UKM Andalas Sinematografi ada?

Selasa, 02 November 2010 Selasa, November 02, 2010

Sudah lebih dari dua tahun, baru kali ini sejarah UKM andalas sinematografi (selanjutnya ditulis UKM sinema saja) saya tuliskan agar para anggota dan simpatisan UKM sinema ini pada suatu hari memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama tentang UKM sinema. Selain itu, agar tidak ada mata rantai yang terputus dari pendiri hingga kepada anggota ditahun-tahun berikutnya dan juga membuat kami tidak berulang-ulang kali menjelaskan yang kadang tidak sempurna dalam mengingat secara detail.

Ide pendirian UKM sinema sejatinya berawal di tahun 2006 yang mana ketika itu keinginan saya pribadi untuk memfasilitasi bakat dan kreativitas baru dilingkungan Universitas Andalas. Lama saya mencari celah dan akhirnya pada suatu kesempatan ketika pada saat itu saya berada di Pekanbaru untuk menghadiri Training kepemimpinan dan manajemen advokasi tingkat nasional yang diadakan oleh Univ. Riau, saya bertemu dengan aktivis dari Univ. Al-Azhar Indonesia, hafis namanya, dan beliaulah yang mengenalkan saya dengan dunia perfilman. Kemudian, atas bantuan beliau pula saya dikenalkan dengan mitha, mahasiswi ilmu komunikasi Univ. Al-azhar, yang aktiv pada komunitas film di kampusnya, KineKlub.

Selanjutnya, pada suatu kesempatan baik lainnya saya berkesempatan lagi di utus oleh BEM KM Unand untuk menghadiri pertemuan BEM se-Indonesia di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada bulan mei 2006. Saya sempatkan untuk ke Jakarta bertemu dengan mitha dan berdiskusi panjang tentang komunitas film yang dia punyai. Sejak itulah keinginan saya besar sekali untuk mendirikan UKM sinema di lingkungan Univ. Andalas.

Sebenarnya, usaha saya untuk mendalami lebih jauh tentang dunia film tidak pernah cukup hingga disana saja. Saya terus membaca banya literature tentang sejarah dan dinamika dunia film di Indonesia dari berbagai sumber. Meskipun ketika SMA pernah menjadi sutradara penampilan parody untuk adik-adik kelas 1 namun itu masih jauh dari pengetahuan yang cukup.

Parody ketika itu dilaksanakan sebagai nilai praktik dari mata pelajaran kesenian di sekolah kami. Masih di tahun yang sama, kesempatan baik saya dapatkan lagi untuk menambah pengetahuan tentang komunitas film dari kampus lainnya di pulau jawa. Pada saat itu, saya berkesempatan ke Univ. Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa timur, untuk menghadiri kompetisi Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) IX. Ketika itu, diwaktu senggang yang saya miliki, saya mendatangi Pusat Kegiatan Mahasiswa di sana untuk bertanya apakah di sana juga ada UKM atau komunitas film mereka. Alhamdulillah usaha saya membuahkan hasil. Saya bertemu dengan pengurus KineKlub UMM—sebagian besar kampus memakai nama KineKlub untuk komunitas film mereka.

Di KineKlub UMM, saya meminta program kerja, AD/ART, dan dokumen yang saya butuhkan untuk mendirikan UKM Sinema. Dokumen itu saya pelajari dengan baik, dan ketika merasa sudah cukup mampu untuk menjelaskan ide pendirian UKM Sinema kepada Rektor Univ. Andalas, maka saya berniat untuk menghadap Beliau. Namun, rencana ini sempat terhenti beberapa saat dan untuk sementara waktu hanya masih sebatas impian saja. Meskipun ada rasa tidak mungkin untuk mewujudkan ini, namun rasa optimis juga lebih besar dalam diri saya dan kawan-kawan lainnya. Pada saat itu kami butuh waktu dan butuh momentum yang tepat untuk merealisasikan ini.

Di akhir 2007, saya kembali lagi memiliki kesempatan ke Jakarta untuk menghadiri Launching Novel Terbaru seorang teman, E.S.Ito, atas undangan beliau dan seorang sahabat dari Jakarta. Setelah launching berakhir, seorang sahabat yang ternyata sedang terlibat sebagai konsultan politik salah seorang Gubernur Sumatera Utara mengajak saya ke sebuah kantor tempat para pekerja seni mengerjakan project mereka. Kala itu, iklan kandidat Gubernur itu sedang dilakukan editing terakhir sebelum ditayangkan oleh media elektronik. Hingga larut malam kami disana, keinginan saya untuk merealisasikan UKM Sinema di kampus kembali besar. Alasanya, saya sangat merasa yakin bahwa kreativitas mahasiswa dan mahasiswi di Padang juga mampu melakukan hal yang sama dengan para pekerja seni di kantor itu.

Pengalaman dan pengetahuan yang saya dapatkan di kantor dan jauh hari sebelumnya akhirnya saya ceritakan kepada teman-teman seperti Andri, Fika, Rika, Rury, Gita, Ica, Nini, Dhoni, vely, Bayu dan Akhel serta beberapa teman yang pada akhirnya tidak dapat bergabung. Mereka tertarik dan bersedia bergabung dan meluangkan waktu untuk bersusah payah mengurus UKM Sinema hingga diakui secara de facto dan de jure di Univ. Andalas. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk menghadap Rektor pertama kali sebelum ke Medan atas ajakan seorang sahabat membantu beliau dalam kegiatan sebagai konsultan politik salah seorang Gubernur Sumatera Utara.

Ketika menghadap Rektor Universitas Andalas, saya memaparkan alasan dan argumentasi yang kuat sehingga beliau memberikan izin secara lisan dan menyuruh mengikuti prosedur yang ada di Universitas Andalas dalam pendirian UKM baru di lingkungan Universitas Andalas. Sepulang dari Medan, februari 2008, kami mengikuti prosedur yang diharuskan oleh Universitas Andalas. Pada pertemuan selanjutnya, kami menghadap Rektor secara bersama-sama. Alhamdulillah dalam proses yang relatif panjang dan melelahkan itu, pada tanggal 27 Juni dihadapan saya Rektor Univ. Andalas menandatangi Surat Keputusan tentang pendirian UKM Andalas Sinematografi secara de jure. Sedangkan secara de facto kami melakukan kegiatan atas nama Komunitas Andalas Sinematografi dalam mengangkat acara Bedah Film Ayat-Ayat CInta bersama Sutradaranya, Hanung Bramantiyo. Tidak lupa pula pada saat itu mencari Pembina UKM yaitu uda Yuliandre Darwis yang selanjutnya memberikan inisiatif untuk menambah divisi Fotografi karena setelah kami pelajari bahwa ilmu dasar dari sinematografi ada pada fotografi.

Pada saat itu, bergabunglah Reza yang kemudian juga mengajak Ridwan sebagai photographer potensial di Universitas Andalas yang saya piker memiliki masa depan yang cerah pada divisi fotografi. Sedangkan pada divisi produksi, bergabunglah Ook, Rauf, Evan, Ikhsan, dan Rendi.

Dalam perjalanan UKM Sinema, kami secara bersama-sama selalu menyempurnakan UKM ini dan membuktikan eksistensi dalam berkarya. Berbagai acara seperti pameran fotografi, bioskop kampus dan BBMK sukses dilaksanakan. Nah, sampai sekarang saya meyakini merekalah para trend setter dibidang photography secara terbuka yang menampilkan bakat dan skill yang sangat baik sebagai mahasiswa dan pecinta fotografi dan film di lingkungan Universitas Andalas dan mahasiswa lainnya di Sumatera Barat meskipun saya juga mengakui ada komunitas film Mata Kata, di Universitas Negeri Padang sebagai teman kami juga sedang melakukan hal yang sama di kampus mereka. Tapi, secara kelembagaan yang sudah maju, kami memandang kamilah yang bergerak secara terbuka dan diakui oleh kampus bukan seperti yang lainnya bergerak lebih bersifat dibawah tanah (under ground)

Saya secara pribadi, begitupun para komisaris lainnya, berharap UKM Sinema semakin maju, professional, dan makin eksis ke arah yang lebih baik dan selalu menjadi trend setter bagi perkembangan pengetahuan dan ilmu dibidang film dan fotografi meskpiun dengan segala kelemahan dan keterbatasan yang kita miliki. Amin. Bila dalam kondisi sulit pun kita masih bisa berdiri tegar, maka sudah tentulah dalam keadaan sempurna kita bisa menjadi Raja. Pernah sebuah saya membaca sebuah kutipan bahwa Seseorang dikatakan pahlawan bukanlah yang berhasil membunuh musuh dengan pedangnya, tapi seseorang yang mampu bertahan dan berdiri tegar disaat yang lain sudah tidak bisa melakukan apa-apa dalam kondisi tersulit. Untuk itu, marilah kita menjadi pahlawan setidaknya di UKM ANDALAS SINEMATOGRAFI. Do Different(ly)!!! Viva for all of us dan Bravo UKM ANDALAS SINEMATOGRAFI!!!


Azizul Mendra, S.Ip.
A commissioner and one of Founders of UKM Andalas Sinematografi.

Manfaat KTT UNFCCC di Bali

Kamis, 09 Juli 2009 Kamis, Juli 09, 2009

Sebuah perhelatan besar sedang dilangsungkan di Bali hari ini. Acara yang sedang berlangsung itu diberi nama konferensi PBB untuk perubahan iklim (UNFCC). Ternyata, manfaat yang didapatkan oleh Indonesia tidak tangung-tangung. Kegiatan yang diadakan sampai tanggal 14 Desember itu mampu membuat aktivitas perekonomian di Bali menggeliat begitu signifikan, yakni diperkirakan mampu meraup devisa sampai USD 400 juta (Seputar Indonesia,5/12).

Sekarang, mari kita kesampingkan dulu manfaat dari hasil konferensi yang sedang berlangsung karena agenda yang dibahas belum berakhir sehingga keputusan akhirpun belum dapat disimpulkan. Namun, sebaiknya kita lebih fokus melihat konferensi ini dalam konteks berakhirnya proses recovery yang begitu panjang. Sekali lagi, terlepas dari konteks tema konferensi yang diangkat, lantas apa saja manfaat yang didapatkan melalui konferensi perubahan iklim di Bali? Setidak-tidaknya akan ada dua manfaat yang segera diperoleh oleh Indonesia, khususnya Bali.

Pertama, promosi gratis pariwisata Bali. Selama konferensi berlangsung, promosi pariwisata Bali tidak butuh lagi kata-kata yang indah melalui media massa karena pada saat ini promosi itu dapat langsung dirasakan oleh dunia Internasional melalui hampir dua puluh ribu peserta yang mengikuti konferensi dengan diwakili oleh 189 negara. Sehingga untuk jangka panjang, secara otomatis mereka akan menjadi duta pariwisata Bali ketika semua peserta kembali ke negara mereka masing-masing.

Saya melihat, promosi dengan cara ini jauh lebih efektif dan lebih efisien daripada mempromosikan pariwisata Indonesia, khususnya Bali, melalui media massa karena cost yang dikeluarkan begitu besar. Selain itu, juga tidak ada garansi terhadap respon yang ditimbulkan akan lebih maksimal. Jadi, semakin sering acara yang serupa diadakan, maka akan jadi lebih baik efeknya untuk dunia pariwisata di indonesia. Namun, syaratnya adalah tidak harus selalu Bali karena harus mempertimbangkan asas pemerataan terhadap manfaat yang akan didapatkan. Dan juga, tujuan wisata Indonesia tidaklah hanya Bali semata.

Kedua, saatnya menempis image negatif terhadap Indonesia. Selama ini Indonesia dikenal begitu anarkis dan tidak nyaman untuk dikunungi karena sarana dan prasarana yang tidak memuaskan sehingga hukuman travel warning pun mereka berikan tanpa pertimbangan yang lebih objektif. Untuk itu, perlu upaya yang sungguh-sunguh untuk menyukseskan acara ini. Selain itu, proses recovery yang selama ini dilakukan sudah bisa dianggap berakhir karena kepercayaan yang diberikan oleh dunia Internasional kepada Indonesia sebagai tuan rumah. Itu artinya, sekaranglah kesempatan untuk ”bertarung” dengan tujuan wisata dunia lainya.

Hari ini, Bali merupakan etalase bagi peserta konferensi dan dunia Internasional untuk mengenal Indonesia secara umum. Jadi, menurut hemat saya, pada kesempatan inilah saat yang tepat untuk membuktikan bahwa Bali sangat nyaman dan aman untuk dikunjungi oleh wisatawan Dunia. Oleh karena itu, mohon jangan ganggu Bali kami lagi.

[*] artikel ini pernah dimuat di harian seputar indonesia, desember 2007

Isu lingkungan: sebuah perlawanan alternative

Kamis, Juli 09, 2009

Konferensi pada tanggal 3-14 Desember ini akan menulis sejarah baru untuk dunia Internasional, dan sejarah itu diciptakan di Bali, Indonesia, karena diadakannya Konferensi Dunia untuk Perubahan Iklim (UNFCCC)। Artinya, pertemuan ini menjadikan Indonesia untuk kedua kalinya menjadi tuan rumah dalam pertemuan yang juga tingkat dunia setelah Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1956 dengan isu-isu yang juga melibatkan antar bangsa.

Konferensi perubahan iklim yang sedang berlangsung dalam beberapa hari ini merupakan lanjutan dari pertemuan tingkat dunia di Amerika Serikat yang telah dilaksanakan pada beberapa bulan kemarin. Lantas, kapan perjuangan tentang perubahan iklim ini dimulai? apa manfaat yang didapatkan oleh Indonesia maupun dunia Internasional? Dan apa metode terbaru dalam mengkampanyekan anti-global warming?

Perjuangan panjang

Pada tahun 1960-an hingga 1970-an, arah kebijakan politik dunia mulai mengalami pergeseran. Awalnya, kesadaran akan pentingnya kelangsungan hidup hanya disadari oleh sebagian kecil aktivis lingkungan. Hal itu didasari oleh kecemasan mereka tentang rusaknya lingkungan hidup di masa depan yang dapat mempengaruhi iklim global. Pemicu rusaknya iklim global itu disebabkan oleh aktivitas industri dari negara-negara di Eropa dan Amerika yang tidak memperhatikan lingkungan hidup pada setiap aktivitas industri mereka yang telah berlangsung sejak revolusi industri di Inggris pada abad ke-19.

Perjuangan kaum minoritas itu terus beraksi sampai akhirnya eksistensi mereka diakui oleh PBB dengan terealiasasinya konferensi lingkungan hidup PBB untuk pertama kalinya di Stockholm (Swedia) pada tahun 1972 yang membahas Hukum Internasional tentang lingkungan hidup. Kemudian, perjuangan aktivis itu tidak hanya berhenti pada titik itu karena masih dilanjutkan pada dekade 90-an yang melahirkan Protokol Kyoto. Kesepakatan di Kyoto itu mengharuskan negara-negara industri maju mengurangi emisi karbon yang dihasilkannya dan kemudian negara-negara non-industri memperoleh kompensasi dari negara industri maju untuk melestarikan hutannya.

Bahkan sampai hari ini, aktitivitas penyelamatan lingkungan hidup masih terus berlanjut. Isu itu menjadi populer lagi ketika Al-Gore yang juga mantan Wapres Amerika Serikat membuat film dokumenter tentang global warming yang berjudul ”The incovenient truth”. Kemudian, melalui film itu juga beberapa penghargaan diraihnya mulai dari International Emmy Founders Award, Piala Oscar di bidang film dokumenter sampai akhirnya meraih nobel perdamian 2007.

Manfaat untuk Bali dan Dunia

Saya melihat konferensi ini akan memberi manfaat setidak-tidaknya dalam dua hal. Pertama, untuk Bali dan kedua untuk Dunia Internasional. Untuk Bali, manfaat yang didapatkan adalah promosi pariwisata gratis. Promosi wisata itu langsung dinikmati oleh dunia Internasional melalui belasan ribu peserta bersama ribuan wartawan yang mengikuti konferensi karena secara otomatis mereka menjadi duta pariwisata Bali kepada negara mereka masing-masing.

Selain benefit promosi gratis, maka aktivitas perekonomian di Bali pun mengalami pertumbuhan yang signifikan. Belasan ribu undangan itu akan mengeluarkan cost yang begitu besar agar bisa hadir sebagai peserta. Namun, dibalik manfaat diatas, terkandung juga tantangan yang begitu besar untuk Bali saat ini. Tantangan itu adalah tentang kemampuan Bali yang menjadikan konferensi ini terlaksana dengan sukses ketika parameter yang digunakan adalah keamanan dan kenyamanan peserta selama konferensi. Jika tidak, ini akan menjadi bumerang untuk Bali yang mengakibatkan dunia Internasional akan memandang sinis kepada Indonesia karena Bali merupakan etalase bagi peserta dan dunia Internasional untuk mengenal Indonesia secara umum.

Sebagai tuan rumah, apapun agenda yang diajukan oleh Indonesia diharapkan membawa sebuah pencerahan kepada dunia Internasional. Dengan agenda itu, maka itulah manfaat kedua yang dirasakan oleh dunia Internasional melalui lahirnya kesepakatan baru tentang gerakan anti-global warming। Apapun hasil dari keputusan ini nantinya tentu saja menciptakan sebuah konsesus yang harus dijalani semua negara di dunia ini sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak mau meratifikasi kesepakatan ini karena kita semua berada di bumi yang sama.

Metode terbaru dalam kampanye anti-global warming

Pada mulanya, gerakan aktivis lingkungan ini hanya bersifat konvensional yaitu dengan melakukan kampanye tentang lingkungan hidup dengan turun ke jalan-jalan melalui perwakilan organisasi lingkungan hidup di berbagai negara. Tetapi, pada dekade 80-an perjungan kaum minoritas itu beralih kepada cara-cara yang lebih modern. Sehingga akhirnya pilihan untuk mendirikan partai politik pun menjadi sebuah keharusan.

Pilihan itu diambil karena mereka sadar bahwa dimanapun di dunia ini tidak ada demokrasi modern yang tidak menganut sistem kepartaian. Selain itu, mereka juga memandang cara yang paling efektif untuk terus bergerak yaitu dengan cara masuk kedalam lingkungan praktis dan masuk kedalam sistem politik, atau mencari kekuasaan formal dalam setiap ruang politik agar perjuangan mereka dapat diartikulasikan melalui kebijakan politik.

Sekarang, partai-partai yang concern dalam bidang ekologi itu lebih akrab disebut dengan partai hijau (green party). Pada dekade 80-an metamorfosis itu telah dimulai di Jerman, partai hijau Jerman yang disebut dengan german greens mampu memenangkan 27 kursi di parlemen jerman (bundestag) yang kemudian jadi inspirasi bagi negara-negara di Eropa lainnya dan juga merambah ke Amerika Serikat. Ternyata, kehadiran partai hijau ini mampu merebut pemilih sebagai partai dengan mengusung gerakan perlawanan alternatif di saat partai konvensional lainnya yang hanya sibuk memperjuangkan kepentingan partai yang pragmatis.

artikel ini pernah di muat di harian padang ekspres, desember, 2007

Robohnya Surau Kami

Kamis, Juli 09, 2009

Apa aku harus menangis atau harus tertawa karena menertawakan diri sendiri? Sulit untuk memilih jawaban diantara dua pilihan itu. Dua pilihan itu muncul ketika baru saja selesai membaca karya monumental A.A. NAVIS yang berjudul ”robohnya surau kami” cerpen yang ditulis pada tahun 1955 dan menjadi fenomenal sampai sekarang. Selain itu, cerpen yang sama juga terpilih menjadi satu dari tiga cerpen terbaik majalah sastra Kisah tahun 1955. Kalangan kritikus sastra mengatakan bahwa cerpen yang dinilai sangat berani dan prediktif. Kisah yang menjungkirbalikkan logika awam tentang bagaimana seorang alim justru dimasukkan ke dalam neraka. Karena dengan kealimannya, orang itu melalaikan pekerjaan dunia sehingga tetap menjadi miskin.

Coba simak cuplikan dialog yang ditulis oleh Navis:

'Kalian di dunia tinggal di mana?' tanya Tuhan.

'Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.'

'O, di negeri yang tanahnya subur itu?'

'Ya, benarlah itu, Tuhanku.'

'Tanahnya yang mahakaya-raya, penuh oleh logam, minyak dan berbagai bahan

tambang lainnya bukan?'

'Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.' Mereka mulai menjawab

serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan

yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

'Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?'

'Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.'

'Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.'

’Negeri yang lama diperbudak orang lain?'

'Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.'

'Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya ke negerinya,

bukan?'

'Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat

mereka itu.'

'Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi,

sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?'

'Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang

penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.'

'Engkau rela tetap melerat, bukan?'

'Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.'

'Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?'

'Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji.

Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.'

'Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?'

'Ada, Tuhanku.'

'Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya-raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja.

Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.'

Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka

sekarang apa jalan yang diredhai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga

kepastian apakah yang dikerjakannya di dunia itu salah atu benar. Tapi ia

tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada malaikat yang

mengiring mereka itu.

"Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?" tanya

Haji Saleh.

"Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikit pun."

Makna dari kata roboh dari judul cerpen ’robohnya surau kami’ bukan kepada hal yang bersifat fisik atau rusaknya infrastruktur surau, akan tetapi roboh dalam artian runtuhnya nilai-nilai yang berkembang di masyarakat tentang makna surau. Di minangkabau, surau tidak saja berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga merupakan tempat berlindungnya lelaki yang telah akhil baligh karena di rumah gadang tidak disediakan kamar untuk mereka tidur. Dan di surau itulah kaum lelaki mendapatkan pendidikan agama sampai kepada ilmu bela diri. Sehingga bekal itulah yang akan digunakan modal awal untuk merantau.

Kembali kepada kritik terhadap karya sastra Navis, ternyata pandangan-pandangan yang ditulisnya pada tahun 1955 itu saat ini telah terjadi tanpa adanya usaha yang serius untuk menghentikannya. Kecemasan Navis terhadap prilaku masyarakat Indonesia dan Minangkabau khususnya, ternyata telah diprediksi jauh-jauh hari sebelumnya. Jadi, jangan bilang hancurnya budaya minangkabau hanya dimulai dari hari kemaren.

Saat ini, seperti yang telah diprediksi dalam karya Navis, telah datang masanya masyarakat di negeri menghilangkan (bukan kehilangan) identitas yang dimilikinya. Masyarakat tidak lagi hidup secara sosial dan dengan sengaja mengasingkan diri dari komunitas disekelilingnya sehingga pola hidup yang mementingkan diri sendiri menjadi subur di dalam dirinya. karena prilaku itu dilakukan secara terus-menerus, maka dengan sendirinya akan menjadi karakter di dalam masyarakat itu sendiri. Jadi, ketika itu semua telah menjadi karakter, maka membutuhkan waktu yang lama untuk mengikisnya lagi yaitu sampai karakter yang ada sekarang terhimpit oleh prilaku yang baru.

RUU komponen cadangan: ancaman atau kebutuhan?

Kamis, Juli 09, 2009

Pembahasan RUU komponen cadangan atau yang lebih akrab disebut RUU wajib militer ini dimulai semenjak lahirnya UU nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang mengamanatkan TNI sebagai komponen utama dibantu oleh komponen cadangan dan komponen pendukung yang harus disiapkan sejak dini. Itu artinya, mulai sejak tahun 2003 RUU ini telah dilakukan pembahasannya oleh Dephan RI dan sampai sekarang masih mengalami penundaan karena setiap tahunnya selalu mendapatkan respon yang beragam.

Konsep RUU komponen cadangan ini diambil dari istilah pertahanan sipil (civil defense). Pertahanan sipil adalah sebuah usaha untuk menyiapkan rakyat sipil terhadap serangan militer. Istilah ini berkembang semenjak berakhirnya perang dingin untuk mempersiapkan rakyat sipil terhadap ancaman perang yang akan datang secara tiba-tiba. Pertahanan sipil ini mencakup tentang pencegahan, mitigasi, persiapan, tanggap, atau evakuasi saat darurat dan masa pemulihan setelah perang. Masalah ini telah mulai didiskusikan semenjak awal tahun 1920 tetapi mengalami perkembangan yang begitu pesat pasca ancaman perang nuklir.

Perdebatan RUU Komponen Cadangan

Poin-poin yang penting dalam RUU ini memuat tentang warga negara umur 18-45 tahun yang wajib mengikuti pendidikan latihan dasar kemiliteran, selain itu juga memuat tentang pasal-pasal Sumber Daya Alam, Sumber Daya Buatan, sarana dan prasarana milik negara, daerah, badan swasta serta perorangan dan juga tentang materi latihan, anggaran dan teknis pelaksanaan. Pada teknis pelaksanaannya akan dibibimbing oleh TNI dengan materi tentang dasar-dasar kemiliteran dilakukan selama tiga puluh hari ditahun pertama dan materi latihan penyegaran ditahun kedua juga dilakukan selama tiga puluh hari. Sedangkan anggaran untuk operasional dibebankan kepada APBN setiap tahunnya.

Selain empat hal yang akan saya jabarkan pada tulisan ini, maka saya juga melihat pada perihal anggaran inilah perdebatan yang hangat dimulai. Dari diskusi yang diadakan oleh Dephan RI dan Universitas Andalas pada lima November 2007 kemarin, terungkap bahwa alokasi anggaran untuk Dephan dan TNI tahun ini hanya 0,92 % dari Pendapatan Domestik Bruto (Pdb) dengan perincian belanja pegawai Rp. 14.641,17 milyar (44,86 %) dan baru mencapai ideal pada tahun 2020, yaitu 2 % dari Pdb. Anggaran yang ada itu digunakan untuk belanja barang dan jasa Rp. 8.060,18 milyar (24,69 %). Belanja modal Rp. 9.938,71 milyar (30,45 %). Padahal kebutuhan minimal anggaran pertahanan negara tahun anggaran 2007 (sesuai renstra Bang Hanneg thn. 2005-2009) adalah sebesar Rp. 74.479,60 milyar, tetapi alokasi anggaran Dephan dan TNI tahun anggaran 2007 hanya sebesar Rp. 32.640,06 milyar atau terealisasi 43,82 % atau naik 15,63 % dari tahun anggaran 2006 sebesar Rp. 28.229,18 milyar atau 4,27 % dari APBN tahun anggaran 2007.

Dengan dana yang ada saat ini saja, Dephan dan TNI sulit untuk melakukan modernisasi ALUTSISTA dan profesionalitas kerja bila gaji dipakai sebagai indikator penyebabnya. Apalagi ditambah dengan kalkulasi anggaran operasional wajib militer dengan total enam puluh juta per orang, sebuah pemborosan anggaran yang mubazir jika dibandingkan dengan kebutuhan yang urgent lainnya.

Untuk menyikapi RUU komponen cadangan ini, menurut hemat penulis akan ada empat masalah yang akan mengancam. Pertama, sebenarnya, perlu menyamakan paradigma kita bersama tentang konsep keamanan global. Secara sederhana, konsep keamanan global (global security) merupakan perwujudan dari terciptanya keamanan nasional yang tercipta pada masing-masing negara di dunia.

Selanjutnya, apa yang menjadi kegusaran negara-negara maju tentang konsep keamanan nasional (national security) ternyata tidak sama dengan hal yang dialami oleh negara-negara miskin. Negara-negara yang telah maju memandang isu terorisme sebagai isu utama untuk menciptakan keamanan mereka, sementara negara-negara miskin fokus kepada pencarian keadilan dalam menciptakan keamanan. Sehingga, apa yang terjadi adalah benturan-benturan kepentingan di dunia untuk menciptakan keamanan. Ini artinya, tidak ada kesamaan paradigma tentang keamanan nasional antara negara yang maju dengan negara berkembang sehingga RUU komponen cadangan untuk negara selevel Indonesia tidaklah mendesak karena kepentingan nasional negara Indonesia tidak sejalan negara-negara yang telah maju. Dan perubahan paradigma ini telah dimulai sejak terjadinya peristiwa 9/11.

Kedua, negara kita yang rawan konflik. Kondisi ini juga menjadi bahan pertimbangan utama dalam pembahasan RUU ini. Apa jadinya bila rakyat diajari ilmu berperang jika dapat mengancaman disintegrasi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi pada Pasal 29 RUU ini dinyatakan, penggunaan komponen cadangan dalam upaya pertahanan negara hanya dapat dilakukan oleh Panglima TNI, dapat didelegasikan kepada Panglima Perang atau Pejabat lainnya dan penugasan komponen cadangan dapat dilaksanakan dalam keadaan biasa, di masa damai/ tertib sipil, darurat sipil dan keadaan darurat militer.

Ketiga, Begitu banyak PR (pekerjaan rumah) yang harus dipersiapkan oleh TNI. Reformasi TNI yang masih dalam penyempurnaan saat ini belumlah menyeluruh, proses demokratisasi akan berjalan lebih baik jika TNI telah keluar dari bidang politik dan hanya concern pada bidang pertahanan, kecuali dalam mitigasi dan rekonstruksi bencana alam karena realitas selama ini pihak TNI-lah yang berada pada garda terdepan dan itu merupakan sebuah kebijakan yang tepat. Dan keempat, RUU komponen cadangan terlalu mudah untuk membuat rakyat melakukan tindakan kriminal dengan ancaman penjara bervariasi mulai dari satu hingga dua tahun (pasal 42-46).

Tetapi, disisi lain, bila kita tetap meminjam paradigma kaum ’Realis’ dalam teori Hubungan Internasional bahwa untuk menciptakan perdamaian itu harus melalui perang (si vis pacem para belum) atau faktor geopolitik Indonesia yang menjadi pertimbangan akan menciptakan perang karena diapit oleh negara-negara persemakmuran atau commonwealth (Singapura, Malaysia, Australia, Selandia Baru dan Inggris) yang mana ketika salah satu negara diserang maka negara laiinya akan segera membantu karena negara commonwealth itu telah melakukan perjanjian pertahanan bersama (collective defense). Maka, antisipasi dan solusi terhadap ancaman serangan dari negara luar dapat dihindari ketika Indonesia benar-benar menerapkan politik luar negeri ‘bebas-aktif’ karena arah politik luar negeri Indonesia yang digagas oleh Muhammad Hatta itu masih relevan dalam konteks pola politik Internasional saat ini. Selain itu juga dikarenakan gagasan politik ‘bebas-aktif’ juga lebih cenderung pada pendekatan diplomasi (soft power) bukan kepada perang (hard power).

Oleh karena itu, apakah RUU komponen cadangan ini merupakan sebuah kebutuhan warga negara indonesia? Atau hanya akan menambah masalah yang ada? Untuk menjawab pertanyaan itu maka dibutuhkan kesamaan persepsi seluruh rakyat Indonesia, termasuk kita.

[*] Artikel ini rencananya dipresentasikan ketika menjadi ”opener” pada diskusi reguler yang diadakan oleh Komunitas Pencerahan, Jurusan Ilmu Politik, Fisip, Unand bersama Poppy Irawan S.IP. (staf pengajar pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fisip, Unand.

[*] Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, Fisip, Unand yang juga peminat kajian Politik Internasional dan pendiri komunitas pencerahan
[*] Sumber foto dan hak cipta: http://media.photobucket.com/image/tentara%20nasional%20indonesia/balibilabong/134bindonesianforces3oa.jpg

Friendster News

Azizul Mendra, Lulus dari Jurusan Ilmu Politik pada tahun 2009 dengan ketertarikan pada kajian ekonomi politik. Selain aktiv berorganisasi hingga menjadi pimpinan di sana, sejak masa kuliah aktiv menulis di media massa baik lokal maupun nasional. Pernah bekerja sebagai pelaku pariwisata professional selama di Denpasar 2009, perbankan 2011 dan membangun usaha sektor sendiri UMKM di Sumatera Barat dan Jawa Barat tahun 2010-2011. Setelah itu berkarir pada Bank Mega Syariah divisi unit usaha Mikro hingga akhir tahun 2011.

Selain seringkali memenangkan kompetisi proposal yang di danai DITJEN DIKTI Kemendiknas terkait kegiatan program masyarakat hingga menjadi Finalis Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) di Malang, Jawa Timur, prestasinya juga sebagai bintang aktivis kampus 2009, mahasiswa berprestasi FISIP, Univ. Andalas 2007 dan dipilih sebagai pemakalah dalam laporan penilitian terkait perantau Minangkabau di Pekanbaru pada acara Konferensi ke-9 Ilmuan Sosiologi Se-Asia Pasifik 2009 di Bali atas kerjasama Departemen Sosiologi Univ. Indonesia dengan Asia Pacific Sociological Association (APSA).
 

© Copyright digital diary 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.