kritik dan saran


Free chat widget @ ShoutMix
News Update :

Random Template

Popular Template

Text

mendraist

mendraist
hidup bukan untuk memperjuangkan diri sendiri

Archives

Blogger News

Selamat datang di blog "mendra digital diary." Silahkan tinggalkan kesan dan pesan Anda pada kolom kritik dan saran di samping ini. Satu lagi, jangan lupa untuk mengisi polling hari ini. Terima kasih.

Yahoo Messenger News

Education is the way to change your habit (azizul mendra:2009)

Manfaat KTT UNFCCC di Bali

Kamis, 09 Juli 2009 Kamis, Juli 09, 2009

Sebuah perhelatan besar sedang dilangsungkan di Bali hari ini. Acara yang sedang berlangsung itu diberi nama konferensi PBB untuk perubahan iklim (UNFCC). Ternyata, manfaat yang didapatkan oleh Indonesia tidak tangung-tangung. Kegiatan yang diadakan sampai tanggal 14 Desember itu mampu membuat aktivitas perekonomian di Bali menggeliat begitu signifikan, yakni diperkirakan mampu meraup devisa sampai USD 400 juta (Seputar Indonesia,5/12).

Sekarang, mari kita kesampingkan dulu manfaat dari hasil konferensi yang sedang berlangsung karena agenda yang dibahas belum berakhir sehingga keputusan akhirpun belum dapat disimpulkan. Namun, sebaiknya kita lebih fokus melihat konferensi ini dalam konteks berakhirnya proses recovery yang begitu panjang. Sekali lagi, terlepas dari konteks tema konferensi yang diangkat, lantas apa saja manfaat yang didapatkan melalui konferensi perubahan iklim di Bali? Setidak-tidaknya akan ada dua manfaat yang segera diperoleh oleh Indonesia, khususnya Bali.

Pertama, promosi gratis pariwisata Bali. Selama konferensi berlangsung, promosi pariwisata Bali tidak butuh lagi kata-kata yang indah melalui media massa karena pada saat ini promosi itu dapat langsung dirasakan oleh dunia Internasional melalui hampir dua puluh ribu peserta yang mengikuti konferensi dengan diwakili oleh 189 negara. Sehingga untuk jangka panjang, secara otomatis mereka akan menjadi duta pariwisata Bali ketika semua peserta kembali ke negara mereka masing-masing.

Saya melihat, promosi dengan cara ini jauh lebih efektif dan lebih efisien daripada mempromosikan pariwisata Indonesia, khususnya Bali, melalui media massa karena cost yang dikeluarkan begitu besar. Selain itu, juga tidak ada garansi terhadap respon yang ditimbulkan akan lebih maksimal. Jadi, semakin sering acara yang serupa diadakan, maka akan jadi lebih baik efeknya untuk dunia pariwisata di indonesia. Namun, syaratnya adalah tidak harus selalu Bali karena harus mempertimbangkan asas pemerataan terhadap manfaat yang akan didapatkan. Dan juga, tujuan wisata Indonesia tidaklah hanya Bali semata.

Kedua, saatnya menempis image negatif terhadap Indonesia. Selama ini Indonesia dikenal begitu anarkis dan tidak nyaman untuk dikunungi karena sarana dan prasarana yang tidak memuaskan sehingga hukuman travel warning pun mereka berikan tanpa pertimbangan yang lebih objektif. Untuk itu, perlu upaya yang sungguh-sunguh untuk menyukseskan acara ini. Selain itu, proses recovery yang selama ini dilakukan sudah bisa dianggap berakhir karena kepercayaan yang diberikan oleh dunia Internasional kepada Indonesia sebagai tuan rumah. Itu artinya, sekaranglah kesempatan untuk ”bertarung” dengan tujuan wisata dunia lainya.

Hari ini, Bali merupakan etalase bagi peserta konferensi dan dunia Internasional untuk mengenal Indonesia secara umum. Jadi, menurut hemat saya, pada kesempatan inilah saat yang tepat untuk membuktikan bahwa Bali sangat nyaman dan aman untuk dikunjungi oleh wisatawan Dunia. Oleh karena itu, mohon jangan ganggu Bali kami lagi.

[*] artikel ini pernah dimuat di harian seputar indonesia, desember 2007

Isu lingkungan: sebuah perlawanan alternative

Kamis, Juli 09, 2009

Konferensi pada tanggal 3-14 Desember ini akan menulis sejarah baru untuk dunia Internasional, dan sejarah itu diciptakan di Bali, Indonesia, karena diadakannya Konferensi Dunia untuk Perubahan Iklim (UNFCCC)। Artinya, pertemuan ini menjadikan Indonesia untuk kedua kalinya menjadi tuan rumah dalam pertemuan yang juga tingkat dunia setelah Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1956 dengan isu-isu yang juga melibatkan antar bangsa.

Konferensi perubahan iklim yang sedang berlangsung dalam beberapa hari ini merupakan lanjutan dari pertemuan tingkat dunia di Amerika Serikat yang telah dilaksanakan pada beberapa bulan kemarin. Lantas, kapan perjuangan tentang perubahan iklim ini dimulai? apa manfaat yang didapatkan oleh Indonesia maupun dunia Internasional? Dan apa metode terbaru dalam mengkampanyekan anti-global warming?

Perjuangan panjang

Pada tahun 1960-an hingga 1970-an, arah kebijakan politik dunia mulai mengalami pergeseran. Awalnya, kesadaran akan pentingnya kelangsungan hidup hanya disadari oleh sebagian kecil aktivis lingkungan. Hal itu didasari oleh kecemasan mereka tentang rusaknya lingkungan hidup di masa depan yang dapat mempengaruhi iklim global. Pemicu rusaknya iklim global itu disebabkan oleh aktivitas industri dari negara-negara di Eropa dan Amerika yang tidak memperhatikan lingkungan hidup pada setiap aktivitas industri mereka yang telah berlangsung sejak revolusi industri di Inggris pada abad ke-19.

Perjuangan kaum minoritas itu terus beraksi sampai akhirnya eksistensi mereka diakui oleh PBB dengan terealiasasinya konferensi lingkungan hidup PBB untuk pertama kalinya di Stockholm (Swedia) pada tahun 1972 yang membahas Hukum Internasional tentang lingkungan hidup. Kemudian, perjuangan aktivis itu tidak hanya berhenti pada titik itu karena masih dilanjutkan pada dekade 90-an yang melahirkan Protokol Kyoto. Kesepakatan di Kyoto itu mengharuskan negara-negara industri maju mengurangi emisi karbon yang dihasilkannya dan kemudian negara-negara non-industri memperoleh kompensasi dari negara industri maju untuk melestarikan hutannya.

Bahkan sampai hari ini, aktitivitas penyelamatan lingkungan hidup masih terus berlanjut. Isu itu menjadi populer lagi ketika Al-Gore yang juga mantan Wapres Amerika Serikat membuat film dokumenter tentang global warming yang berjudul ”The incovenient truth”. Kemudian, melalui film itu juga beberapa penghargaan diraihnya mulai dari International Emmy Founders Award, Piala Oscar di bidang film dokumenter sampai akhirnya meraih nobel perdamian 2007.

Manfaat untuk Bali dan Dunia

Saya melihat konferensi ini akan memberi manfaat setidak-tidaknya dalam dua hal. Pertama, untuk Bali dan kedua untuk Dunia Internasional. Untuk Bali, manfaat yang didapatkan adalah promosi pariwisata gratis. Promosi wisata itu langsung dinikmati oleh dunia Internasional melalui belasan ribu peserta bersama ribuan wartawan yang mengikuti konferensi karena secara otomatis mereka menjadi duta pariwisata Bali kepada negara mereka masing-masing.

Selain benefit promosi gratis, maka aktivitas perekonomian di Bali pun mengalami pertumbuhan yang signifikan. Belasan ribu undangan itu akan mengeluarkan cost yang begitu besar agar bisa hadir sebagai peserta. Namun, dibalik manfaat diatas, terkandung juga tantangan yang begitu besar untuk Bali saat ini. Tantangan itu adalah tentang kemampuan Bali yang menjadikan konferensi ini terlaksana dengan sukses ketika parameter yang digunakan adalah keamanan dan kenyamanan peserta selama konferensi. Jika tidak, ini akan menjadi bumerang untuk Bali yang mengakibatkan dunia Internasional akan memandang sinis kepada Indonesia karena Bali merupakan etalase bagi peserta dan dunia Internasional untuk mengenal Indonesia secara umum.

Sebagai tuan rumah, apapun agenda yang diajukan oleh Indonesia diharapkan membawa sebuah pencerahan kepada dunia Internasional. Dengan agenda itu, maka itulah manfaat kedua yang dirasakan oleh dunia Internasional melalui lahirnya kesepakatan baru tentang gerakan anti-global warming। Apapun hasil dari keputusan ini nantinya tentu saja menciptakan sebuah konsesus yang harus dijalani semua negara di dunia ini sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak mau meratifikasi kesepakatan ini karena kita semua berada di bumi yang sama.

Metode terbaru dalam kampanye anti-global warming

Pada mulanya, gerakan aktivis lingkungan ini hanya bersifat konvensional yaitu dengan melakukan kampanye tentang lingkungan hidup dengan turun ke jalan-jalan melalui perwakilan organisasi lingkungan hidup di berbagai negara. Tetapi, pada dekade 80-an perjungan kaum minoritas itu beralih kepada cara-cara yang lebih modern. Sehingga akhirnya pilihan untuk mendirikan partai politik pun menjadi sebuah keharusan.

Pilihan itu diambil karena mereka sadar bahwa dimanapun di dunia ini tidak ada demokrasi modern yang tidak menganut sistem kepartaian. Selain itu, mereka juga memandang cara yang paling efektif untuk terus bergerak yaitu dengan cara masuk kedalam lingkungan praktis dan masuk kedalam sistem politik, atau mencari kekuasaan formal dalam setiap ruang politik agar perjuangan mereka dapat diartikulasikan melalui kebijakan politik.

Sekarang, partai-partai yang concern dalam bidang ekologi itu lebih akrab disebut dengan partai hijau (green party). Pada dekade 80-an metamorfosis itu telah dimulai di Jerman, partai hijau Jerman yang disebut dengan german greens mampu memenangkan 27 kursi di parlemen jerman (bundestag) yang kemudian jadi inspirasi bagi negara-negara di Eropa lainnya dan juga merambah ke Amerika Serikat. Ternyata, kehadiran partai hijau ini mampu merebut pemilih sebagai partai dengan mengusung gerakan perlawanan alternatif di saat partai konvensional lainnya yang hanya sibuk memperjuangkan kepentingan partai yang pragmatis.

artikel ini pernah di muat di harian padang ekspres, desember, 2007

Robohnya Surau Kami

Kamis, Juli 09, 2009

Apa aku harus menangis atau harus tertawa karena menertawakan diri sendiri? Sulit untuk memilih jawaban diantara dua pilihan itu. Dua pilihan itu muncul ketika baru saja selesai membaca karya monumental A.A. NAVIS yang berjudul ”robohnya surau kami” cerpen yang ditulis pada tahun 1955 dan menjadi fenomenal sampai sekarang. Selain itu, cerpen yang sama juga terpilih menjadi satu dari tiga cerpen terbaik majalah sastra Kisah tahun 1955. Kalangan kritikus sastra mengatakan bahwa cerpen yang dinilai sangat berani dan prediktif. Kisah yang menjungkirbalikkan logika awam tentang bagaimana seorang alim justru dimasukkan ke dalam neraka. Karena dengan kealimannya, orang itu melalaikan pekerjaan dunia sehingga tetap menjadi miskin.

Coba simak cuplikan dialog yang ditulis oleh Navis:

'Kalian di dunia tinggal di mana?' tanya Tuhan.

'Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.'

'O, di negeri yang tanahnya subur itu?'

'Ya, benarlah itu, Tuhanku.'

'Tanahnya yang mahakaya-raya, penuh oleh logam, minyak dan berbagai bahan

tambang lainnya bukan?'

'Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.' Mereka mulai menjawab

serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan

yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

'Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?'

'Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.'

'Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.'

’Negeri yang lama diperbudak orang lain?'

'Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.'

'Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya ke negerinya,

bukan?'

'Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat

mereka itu.'

'Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi,

sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?'

'Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang

penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.'

'Engkau rela tetap melerat, bukan?'

'Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.'

'Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?'

'Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji.

Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.'

'Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?'

'Ada, Tuhanku.'

'Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya-raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja.

Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.'

Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka

sekarang apa jalan yang diredhai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga

kepastian apakah yang dikerjakannya di dunia itu salah atu benar. Tapi ia

tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada malaikat yang

mengiring mereka itu.

"Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?" tanya

Haji Saleh.

"Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikit pun."

Makna dari kata roboh dari judul cerpen ’robohnya surau kami’ bukan kepada hal yang bersifat fisik atau rusaknya infrastruktur surau, akan tetapi roboh dalam artian runtuhnya nilai-nilai yang berkembang di masyarakat tentang makna surau. Di minangkabau, surau tidak saja berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga merupakan tempat berlindungnya lelaki yang telah akhil baligh karena di rumah gadang tidak disediakan kamar untuk mereka tidur. Dan di surau itulah kaum lelaki mendapatkan pendidikan agama sampai kepada ilmu bela diri. Sehingga bekal itulah yang akan digunakan modal awal untuk merantau.

Kembali kepada kritik terhadap karya sastra Navis, ternyata pandangan-pandangan yang ditulisnya pada tahun 1955 itu saat ini telah terjadi tanpa adanya usaha yang serius untuk menghentikannya. Kecemasan Navis terhadap prilaku masyarakat Indonesia dan Minangkabau khususnya, ternyata telah diprediksi jauh-jauh hari sebelumnya. Jadi, jangan bilang hancurnya budaya minangkabau hanya dimulai dari hari kemaren.

Saat ini, seperti yang telah diprediksi dalam karya Navis, telah datang masanya masyarakat di negeri menghilangkan (bukan kehilangan) identitas yang dimilikinya. Masyarakat tidak lagi hidup secara sosial dan dengan sengaja mengasingkan diri dari komunitas disekelilingnya sehingga pola hidup yang mementingkan diri sendiri menjadi subur di dalam dirinya. karena prilaku itu dilakukan secara terus-menerus, maka dengan sendirinya akan menjadi karakter di dalam masyarakat itu sendiri. Jadi, ketika itu semua telah menjadi karakter, maka membutuhkan waktu yang lama untuk mengikisnya lagi yaitu sampai karakter yang ada sekarang terhimpit oleh prilaku yang baru.

RUU komponen cadangan: ancaman atau kebutuhan?

Kamis, Juli 09, 2009

Pembahasan RUU komponen cadangan atau yang lebih akrab disebut RUU wajib militer ini dimulai semenjak lahirnya UU nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang mengamanatkan TNI sebagai komponen utama dibantu oleh komponen cadangan dan komponen pendukung yang harus disiapkan sejak dini. Itu artinya, mulai sejak tahun 2003 RUU ini telah dilakukan pembahasannya oleh Dephan RI dan sampai sekarang masih mengalami penundaan karena setiap tahunnya selalu mendapatkan respon yang beragam.

Konsep RUU komponen cadangan ini diambil dari istilah pertahanan sipil (civil defense). Pertahanan sipil adalah sebuah usaha untuk menyiapkan rakyat sipil terhadap serangan militer. Istilah ini berkembang semenjak berakhirnya perang dingin untuk mempersiapkan rakyat sipil terhadap ancaman perang yang akan datang secara tiba-tiba. Pertahanan sipil ini mencakup tentang pencegahan, mitigasi, persiapan, tanggap, atau evakuasi saat darurat dan masa pemulihan setelah perang. Masalah ini telah mulai didiskusikan semenjak awal tahun 1920 tetapi mengalami perkembangan yang begitu pesat pasca ancaman perang nuklir.

Perdebatan RUU Komponen Cadangan

Poin-poin yang penting dalam RUU ini memuat tentang warga negara umur 18-45 tahun yang wajib mengikuti pendidikan latihan dasar kemiliteran, selain itu juga memuat tentang pasal-pasal Sumber Daya Alam, Sumber Daya Buatan, sarana dan prasarana milik negara, daerah, badan swasta serta perorangan dan juga tentang materi latihan, anggaran dan teknis pelaksanaan. Pada teknis pelaksanaannya akan dibibimbing oleh TNI dengan materi tentang dasar-dasar kemiliteran dilakukan selama tiga puluh hari ditahun pertama dan materi latihan penyegaran ditahun kedua juga dilakukan selama tiga puluh hari. Sedangkan anggaran untuk operasional dibebankan kepada APBN setiap tahunnya.

Selain empat hal yang akan saya jabarkan pada tulisan ini, maka saya juga melihat pada perihal anggaran inilah perdebatan yang hangat dimulai. Dari diskusi yang diadakan oleh Dephan RI dan Universitas Andalas pada lima November 2007 kemarin, terungkap bahwa alokasi anggaran untuk Dephan dan TNI tahun ini hanya 0,92 % dari Pendapatan Domestik Bruto (Pdb) dengan perincian belanja pegawai Rp. 14.641,17 milyar (44,86 %) dan baru mencapai ideal pada tahun 2020, yaitu 2 % dari Pdb. Anggaran yang ada itu digunakan untuk belanja barang dan jasa Rp. 8.060,18 milyar (24,69 %). Belanja modal Rp. 9.938,71 milyar (30,45 %). Padahal kebutuhan minimal anggaran pertahanan negara tahun anggaran 2007 (sesuai renstra Bang Hanneg thn. 2005-2009) adalah sebesar Rp. 74.479,60 milyar, tetapi alokasi anggaran Dephan dan TNI tahun anggaran 2007 hanya sebesar Rp. 32.640,06 milyar atau terealisasi 43,82 % atau naik 15,63 % dari tahun anggaran 2006 sebesar Rp. 28.229,18 milyar atau 4,27 % dari APBN tahun anggaran 2007.

Dengan dana yang ada saat ini saja, Dephan dan TNI sulit untuk melakukan modernisasi ALUTSISTA dan profesionalitas kerja bila gaji dipakai sebagai indikator penyebabnya. Apalagi ditambah dengan kalkulasi anggaran operasional wajib militer dengan total enam puluh juta per orang, sebuah pemborosan anggaran yang mubazir jika dibandingkan dengan kebutuhan yang urgent lainnya.

Untuk menyikapi RUU komponen cadangan ini, menurut hemat penulis akan ada empat masalah yang akan mengancam. Pertama, sebenarnya, perlu menyamakan paradigma kita bersama tentang konsep keamanan global. Secara sederhana, konsep keamanan global (global security) merupakan perwujudan dari terciptanya keamanan nasional yang tercipta pada masing-masing negara di dunia.

Selanjutnya, apa yang menjadi kegusaran negara-negara maju tentang konsep keamanan nasional (national security) ternyata tidak sama dengan hal yang dialami oleh negara-negara miskin. Negara-negara yang telah maju memandang isu terorisme sebagai isu utama untuk menciptakan keamanan mereka, sementara negara-negara miskin fokus kepada pencarian keadilan dalam menciptakan keamanan. Sehingga, apa yang terjadi adalah benturan-benturan kepentingan di dunia untuk menciptakan keamanan. Ini artinya, tidak ada kesamaan paradigma tentang keamanan nasional antara negara yang maju dengan negara berkembang sehingga RUU komponen cadangan untuk negara selevel Indonesia tidaklah mendesak karena kepentingan nasional negara Indonesia tidak sejalan negara-negara yang telah maju. Dan perubahan paradigma ini telah dimulai sejak terjadinya peristiwa 9/11.

Kedua, negara kita yang rawan konflik. Kondisi ini juga menjadi bahan pertimbangan utama dalam pembahasan RUU ini. Apa jadinya bila rakyat diajari ilmu berperang jika dapat mengancaman disintegrasi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi pada Pasal 29 RUU ini dinyatakan, penggunaan komponen cadangan dalam upaya pertahanan negara hanya dapat dilakukan oleh Panglima TNI, dapat didelegasikan kepada Panglima Perang atau Pejabat lainnya dan penugasan komponen cadangan dapat dilaksanakan dalam keadaan biasa, di masa damai/ tertib sipil, darurat sipil dan keadaan darurat militer.

Ketiga, Begitu banyak PR (pekerjaan rumah) yang harus dipersiapkan oleh TNI. Reformasi TNI yang masih dalam penyempurnaan saat ini belumlah menyeluruh, proses demokratisasi akan berjalan lebih baik jika TNI telah keluar dari bidang politik dan hanya concern pada bidang pertahanan, kecuali dalam mitigasi dan rekonstruksi bencana alam karena realitas selama ini pihak TNI-lah yang berada pada garda terdepan dan itu merupakan sebuah kebijakan yang tepat. Dan keempat, RUU komponen cadangan terlalu mudah untuk membuat rakyat melakukan tindakan kriminal dengan ancaman penjara bervariasi mulai dari satu hingga dua tahun (pasal 42-46).

Tetapi, disisi lain, bila kita tetap meminjam paradigma kaum ’Realis’ dalam teori Hubungan Internasional bahwa untuk menciptakan perdamaian itu harus melalui perang (si vis pacem para belum) atau faktor geopolitik Indonesia yang menjadi pertimbangan akan menciptakan perang karena diapit oleh negara-negara persemakmuran atau commonwealth (Singapura, Malaysia, Australia, Selandia Baru dan Inggris) yang mana ketika salah satu negara diserang maka negara laiinya akan segera membantu karena negara commonwealth itu telah melakukan perjanjian pertahanan bersama (collective defense). Maka, antisipasi dan solusi terhadap ancaman serangan dari negara luar dapat dihindari ketika Indonesia benar-benar menerapkan politik luar negeri ‘bebas-aktif’ karena arah politik luar negeri Indonesia yang digagas oleh Muhammad Hatta itu masih relevan dalam konteks pola politik Internasional saat ini. Selain itu juga dikarenakan gagasan politik ‘bebas-aktif’ juga lebih cenderung pada pendekatan diplomasi (soft power) bukan kepada perang (hard power).

Oleh karena itu, apakah RUU komponen cadangan ini merupakan sebuah kebutuhan warga negara indonesia? Atau hanya akan menambah masalah yang ada? Untuk menjawab pertanyaan itu maka dibutuhkan kesamaan persepsi seluruh rakyat Indonesia, termasuk kita.

[*] Artikel ini rencananya dipresentasikan ketika menjadi ”opener” pada diskusi reguler yang diadakan oleh Komunitas Pencerahan, Jurusan Ilmu Politik, Fisip, Unand bersama Poppy Irawan S.IP. (staf pengajar pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fisip, Unand.

[*] Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, Fisip, Unand yang juga peminat kajian Politik Internasional dan pendiri komunitas pencerahan
[*] Sumber foto dan hak cipta: http://media.photobucket.com/image/tentara%20nasional%20indonesia/balibilabong/134bindonesianforces3oa.jpg

jangan menyerah

Kamis, Juli 09, 2009


Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi

Reff 1:
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalkani hidup ini
Melakukan yang terbaik

Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi

Back to Reff 1

Reff 2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal Putus asa

matahariku

Minggu, 05 Juli 2009 Minggu, Juli 05, 2009

apalagi yang kausedihkan bila jejak langkah yang kautinggalkan membuat kebanggan
apalagi yang kausedihkan bila bahagiamu adalah hasil dari kesabaran dalam penderitaanmu kemaren.

tuhanku, bila itu yang kau tanyakan, sungguh bahwa aku telah lupa.
hati ini hanya ingat apa yang akan terjadi esok, bukan apa yang telah berlalu.
tuhanku, ajari aku bersabar untuk menunggu hari esok dan ajari aku ikhlas mengenang dan melepas masa lalu.

karena aku yakin langkah ini menuju apa yang terbaik untukku.
tuhanku, matahariku sudah terbit, sudah siap menyinari bumi.

Friendster News

Azizul Mendra, Lulus dari Jurusan Ilmu Politik pada tahun 2009 dengan ketertarikan pada kajian ekonomi politik. Selain aktiv berorganisasi hingga menjadi pimpinan di sana, sejak masa kuliah aktiv menulis di media massa baik lokal maupun nasional. Pernah bekerja sebagai pelaku pariwisata professional selama di Denpasar 2009, perbankan 2011 dan membangun usaha sektor sendiri UMKM di Sumatera Barat dan Jawa Barat tahun 2010-2011. Setelah itu berkarir pada Bank Mega Syariah divisi unit usaha Mikro hingga akhir tahun 2011.

Selain seringkali memenangkan kompetisi proposal yang di danai DITJEN DIKTI Kemendiknas terkait kegiatan program masyarakat hingga menjadi Finalis Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) di Malang, Jawa Timur, prestasinya juga sebagai bintang aktivis kampus 2009, mahasiswa berprestasi FISIP, Univ. Andalas 2007 dan dipilih sebagai pemakalah dalam laporan penilitian terkait perantau Minangkabau di Pekanbaru pada acara Konferensi ke-9 Ilmuan Sosiologi Se-Asia Pasifik 2009 di Bali atas kerjasama Departemen Sosiologi Univ. Indonesia dengan Asia Pacific Sociological Association (APSA).
 

© Copyright digital diary 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.