Sudah lebih dari dua tahun, baru kali ini sejarah UKM andalas sinematografi (selanjutnya ditulis UKM sinema saja) saya tuliskan agar para anggota dan simpatisan UKM sinema ini pada suatu hari memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama tentang UKM sinema. Selain itu, agar tidak ada mata rantai yang terputus dari pendiri hingga kepada anggota ditahun-tahun berikutnya dan juga membuat kami tidak berulang-ulang kali menjelaskan yang kadang tidak sempurna dalam mengingat secara detail.
Ide pendirian UKM sinema sejatinya berawal di tahun 2006 yang mana ketika itu keinginan saya pribadi untuk memfasilitasi bakat dan kreativitas baru dilingkungan Universitas Andalas. Lama saya mencari celah dan akhirnya pada suatu kesempatan ketika pada saat itu saya berada di Pekanbaru untuk menghadiri Training kepemimpinan dan manajemen advokasi tingkat nasional yang diadakan oleh Univ. Riau, saya bertemu dengan aktivis dari Univ. Al-Azhar Indonesia, hafis namanya, dan beliaulah yang mengenalkan saya dengan dunia perfilman. Kemudian, atas bantuan beliau pula saya dikenalkan dengan mitha, mahasiswi ilmu komunikasi Univ. Al-azhar, yang aktiv pada komunitas film di kampusnya, KineKlub.
Selanjutnya, pada suatu kesempatan baik lainnya saya berkesempatan lagi di utus oleh BEM KM Unand untuk menghadiri pertemuan BEM se-Indonesia di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada bulan mei 2006. Saya sempatkan untuk ke Jakarta bertemu dengan mitha dan berdiskusi panjang tentang komunitas film yang dia punyai. Sejak itulah keinginan saya besar sekali untuk mendirikan UKM sinema di lingkungan Univ. Andalas.
Sebenarnya, usaha saya untuk mendalami lebih jauh tentang dunia film tidak pernah cukup hingga disana saja. Saya terus membaca banya literature tentang sejarah dan dinamika dunia film di Indonesia dari berbagai sumber. Meskipun ketika SMA pernah menjadi sutradara penampilan parody untuk adik-adik kelas 1 namun itu masih jauh dari pengetahuan yang cukup.
Parody ketika itu dilaksanakan sebagai nilai praktik dari mata pelajaran kesenian di sekolah kami. Masih di tahun yang sama, kesempatan baik saya dapatkan lagi untuk menambah pengetahuan tentang komunitas film dari kampus lainnya di pulau jawa. Pada saat itu, saya berkesempatan ke Univ. Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa timur, untuk menghadiri kompetisi Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) IX. Ketika itu, diwaktu senggang yang saya miliki, saya mendatangi Pusat Kegiatan Mahasiswa di sana untuk bertanya apakah di sana juga ada UKM atau komunitas film mereka. Alhamdulillah usaha saya membuahkan hasil. Saya bertemu dengan pengurus KineKlub UMM—sebagian besar kampus memakai nama KineKlub untuk komunitas film mereka.
Di KineKlub UMM, saya meminta program kerja, AD/ART, dan dokumen yang saya butuhkan untuk mendirikan UKM Sinema. Dokumen itu saya pelajari dengan baik, dan ketika merasa sudah cukup mampu untuk menjelaskan ide pendirian UKM Sinema kepada Rektor Univ. Andalas, maka saya berniat untuk menghadap Beliau. Namun, rencana ini sempat terhenti beberapa saat dan untuk sementara waktu hanya masih sebatas impian saja. Meskipun ada rasa tidak mungkin untuk mewujudkan ini, namun rasa optimis juga lebih besar dalam diri saya dan kawan-kawan lainnya. Pada saat itu kami butuh waktu dan butuh momentum yang tepat untuk merealisasikan ini.
Di akhir 2007, saya kembali lagi memiliki kesempatan ke Jakarta untuk menghadiri Launching Novel Terbaru seorang teman, E.S.Ito, atas undangan beliau dan seorang sahabat dari Jakarta. Setelah launching berakhir, seorang sahabat yang ternyata sedang terlibat sebagai konsultan politik salah seorang Gubernur Sumatera Utara mengajak saya ke sebuah kantor tempat para pekerja seni mengerjakan project mereka. Kala itu, iklan kandidat Gubernur itu sedang dilakukan editing terakhir sebelum ditayangkan oleh media elektronik. Hingga larut malam kami disana, keinginan saya untuk merealisasikan UKM Sinema di kampus kembali besar. Alasanya, saya sangat merasa yakin bahwa kreativitas mahasiswa dan mahasiswi di Padang juga mampu melakukan hal yang sama dengan para pekerja seni di kantor itu.
Pengalaman dan pengetahuan yang saya dapatkan di kantor dan jauh hari sebelumnya akhirnya saya ceritakan kepada teman-teman seperti Andri, Fika, Rika, Rury, Gita, Ica, Nini, Dhoni, vely, Bayu dan Akhel serta beberapa teman yang pada akhirnya tidak dapat bergabung. Mereka tertarik dan bersedia bergabung dan meluangkan waktu untuk bersusah payah mengurus UKM Sinema hingga diakui secara de facto dan de jure di Univ. Andalas. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk menghadap Rektor pertama kali sebelum ke Medan atas ajakan seorang sahabat membantu beliau dalam kegiatan sebagai konsultan politik salah seorang Gubernur Sumatera Utara.
Ketika menghadap Rektor Universitas Andalas, saya memaparkan alasan dan argumentasi yang kuat sehingga beliau memberikan izin secara lisan dan menyuruh mengikuti prosedur yang ada di Universitas Andalas dalam pendirian UKM baru di lingkungan Universitas Andalas. Sepulang dari Medan, februari 2008, kami mengikuti prosedur yang diharuskan oleh Universitas Andalas. Pada pertemuan selanjutnya, kami menghadap Rektor secara bersama-sama. Alhamdulillah dalam proses yang relatif panjang dan melelahkan itu, pada tanggal 27 Juni dihadapan saya Rektor Univ. Andalas menandatangi Surat Keputusan tentang pendirian UKM Andalas Sinematografi secara de jure. Sedangkan secara de facto kami melakukan kegiatan atas nama Komunitas Andalas Sinematografi dalam mengangkat acara Bedah Film Ayat-Ayat CInta bersama Sutradaranya, Hanung Bramantiyo. Tidak lupa pula pada saat itu mencari Pembina UKM yaitu uda Yuliandre Darwis yang selanjutnya memberikan inisiatif untuk menambah divisi Fotografi karena setelah kami pelajari bahwa ilmu dasar dari sinematografi ada pada fotografi.
Pada saat itu, bergabunglah Reza yang kemudian juga mengajak Ridwan sebagai photographer potensial di Universitas Andalas yang saya piker memiliki masa depan yang cerah pada divisi fotografi. Sedangkan pada divisi produksi, bergabunglah Ook, Rauf, Evan, Ikhsan, dan Rendi.
Dalam perjalanan UKM Sinema, kami secara bersama-sama selalu menyempurnakan UKM ini dan membuktikan eksistensi dalam berkarya. Berbagai acara seperti pameran fotografi, bioskop kampus dan BBMK sukses dilaksanakan. Nah, sampai sekarang saya meyakini merekalah para trend setter dibidang photography secara terbuka yang menampilkan bakat dan skill yang sangat baik sebagai mahasiswa dan pecinta fotografi dan film di lingkungan Universitas Andalas dan mahasiswa lainnya di Sumatera Barat meskipun saya juga mengakui ada komunitas film Mata Kata, di Universitas Negeri Padang sebagai teman kami juga sedang melakukan hal yang sama di kampus mereka. Tapi, secara kelembagaan yang sudah maju, kami memandang kamilah yang bergerak secara terbuka dan diakui oleh kampus bukan seperti yang lainnya bergerak lebih bersifat dibawah tanah (under ground)
Saya secara pribadi, begitupun para komisaris lainnya, berharap UKM Sinema semakin maju, professional, dan makin eksis ke arah yang lebih baik dan selalu menjadi trend setter bagi perkembangan pengetahuan dan ilmu dibidang film dan fotografi meskpiun dengan segala kelemahan dan keterbatasan yang kita miliki. Amin. Bila dalam kondisi sulit pun kita masih bisa berdiri tegar, maka sudah tentulah dalam keadaan sempurna kita bisa menjadi Raja. Pernah sebuah saya membaca sebuah kutipan bahwa Seseorang dikatakan pahlawan bukanlah yang berhasil membunuh musuh dengan pedangnya, tapi seseorang yang mampu bertahan dan berdiri tegar disaat yang lain sudah tidak bisa melakukan apa-apa dalam kondisi tersulit. Untuk itu, marilah kita menjadi pahlawan setidaknya di UKM ANDALAS SINEMATOGRAFI. Do Different(ly)!!! Viva for all of us dan Bravo UKM ANDALAS SINEMATOGRAFI!!!
Azizul Mendra, S.Ip.
A commissioner and one of Founders of UKM Andalas Sinematografi.
1 komentar:
Keren bang....tenyata mantan Pengurus BEM KM pendiri Andalas Sinematografi....salam kagum...
Posting Komentar