mengapa harus memaksakan diri? tadi sore aku melihat ibu itu membawa anaknya ke sebuah production house (selanjutnya disebut PH) yang katanya juga merupakan sekolah untuk mengasah bakat dan ujung-ujungnya mendapatkan popularitas dan materi yang berlimpah. ibu itu datang bersama anak perempuannya. umur ibu itu kira-kira 40-an tahun, tapi wajahnya sudah lebih tua daripada umurnya karena secara kasat mata aku melihat bahwa penuaan dini itu terjadi lantaran susahnya memperjuangkan kehidupanlah yang membuatnya seperti itu. dan anaknya, kira-kira berumur 8 tahun.
dia bercerita dengan pemilik PH tentang uang yang harus dikeluarkan untuk sekolah anaknya itu. ternyata untuk tiga bulan belajar si ibu harus mengeluarkan 1,5 juta rupiah. angka yang tidak sedikit untuk keluarganya karena keluhan/merasa keberatan itu aku dengar saat itu. tapi, lantaran sayang pada anak dia kuperhatikan masih memaksakan diri untuk membayar dengan cara meminta kompensasi dengan cara meminta kemudahan untuk membayarnya. mungkin anaknya memang berbakat di dunia seni, begitu pikirku sehingga si ibu itu merelakan dan memaksakan diri untuk membayarnya.
anaknya tidak terlalu cantik. memang, untuk menjadi artis tidak harus cantik. kita melihat mpok atiek juga tidak cantik, omas juga tidak cantik, tapi mereka bisa menjadi artis. menjadi artis itu membutuhkan karakter yang tepat dan harus sinkron dengan dunia seni. dan itu belum bisa aku nilai dari si anak itu karena beretemu dia baru kali itu.
lama aku berfikir tentang apa yang menyebabkan bangsaku ini miskin. akhirnya aku temukan juga jawabannya yaitu tindakan atau perilaku yang konsumerisme yang tidak tepat. seperti contoh diatas, si ibu memaksakan diri untuk membayar uang yang besar kepada PH yang diyakininya mampu menjadikan anaknya sebagai asset untuk keluarga. anaknya (mungkin) dijadikan komoditas bisnis untuk mendapatkan uang. jika itu yang terjadi, maka kehancuran masa depan si anak tidak lama lagi akan muncul. bijaksananya, alangkah lebih baik jika si ibu menggunakan uang itu untuk bisnis yang lebih jelas. membuka home indsutry yang tepat dan bonafit. tapi, aku pikir dia tidak punya ilmu untuk itu. contoh yang memiskin orang indonesia lainnnya adalah membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak dibutuhkan. banyak keluarga di indonesia membelanjakan uangnya untuk hal yang di perlu. setiap ada uang sedikit dari hasil jerih payahnya dia beli tv, beli kulkas, beli kipas angin. padahal itu tidak kebutuhan pokok yang jika tidak di penuhi akan membunuhnya. bijaksananya lagi, lebih baik dia gunakan untuk mengembangkan usaha yang dia punya.
kebijaksanaan diataslah yang di ajarkan oleh orang kaya kepada anaknya karena menurut Robert T. Kiyosaki apa yang diajarkan ayah orang kaya tentang uang kepada anak mereka berbeda dengan apa yang diajarkan oleh ayah orang miskin tentang uang kepada anaknya sehingga si kaya menjadi lebih kaya dengan anaknya dan simiskin semakin miskin dengan perangai anaknya. ayah orang kaya mengajarkan menambah asset, ayah miskin mengajarkan menambah beban hidup yaitu dengan perilaku konsumerisme tidak tepat itu.
hari ini aku menulis ini untuk menjadi bodoh, untuk membuat penyesalan, dan untuk menjadi gila untuk diriku sendiri. bukan untukmu, bukan untuk dia, dan bukan untuk mereka. harus diingat ini adalah mendraisme, ideologi berbahaya!
1 komentar:
Yah ... bloon aja tuch ibu yg maksa ngeluarin duit untuk naikin anak, itu sih sama aja ngejual anak. Hasilnya nggak ada....
Kalo si anak emang punya bakat akting, nggak perlu ada duit yg keluar koq, ya.... kecuali ongkos casting sana-sini....
Dari pada buat bayar ini itu mending duitnya buat ongkos. Yg mulai dari bawah pasti bertahan lebih lebih lama....
Posting Komentar